Senin malam yang kelabu (17/3/2025) menjadi saksi bisu betapa dahsyatnya amukan alam. Angin puting beliung menerjang Desa Telajung, Kabupaten Bekasi, merobohkan menara BTS yang berdiri kokoh di dekat kantor desa. Bukan hanya menara yang tumbang, tetapi juga harapan dan impian warga desa.
Reruntuhan menara menimpa rumah-rumah sederhana, merobek atap, dan menghancurkan dinding yang selama ini menjadi pelindung keluarga. Sekolah, tempat anak-anak desa menimba ilmu, tak luput dari amukan angin. Dua mobil, Avanza dan APV, terlempar ke sawah, menjadi simbol betapa tak berdayanya manusia di hadapan kekuatan alam.
Dalam video amatir yang beredar, suara seorang warga terdengar bergetar, “Dekat kantor desa Telajung, tower roboh, banyak rumah pada hancur, sekolahan hancur.” Kata-kata itu mengalir deras, mencerminkan kepedihan dan ketidakberdayaan.
Hingga saat ini, belum ada informasi resmi mengenai korban jiwa atau luka-luka. Namun, kerusakan material yang terlihat jelas dalam video menjadi bukti betapa besar dampak bencana ini. Lebih dari sekadar bangunan yang hancur, bencana ini meruntuhkan ketenangan dan keamanan warga Telajung.
Di tengah kegelapan malam, warga desa saling bahu membahu, mencoba menyelamatkan apa yang tersisa. Mereka bukan hanya membersihkan puing-puing, tetapi juga memulihkan harapan yang sempat terkubur. Bantuan dan uluran tangan dari berbagai pihak sangat dibutuhkan untuk meringankan beban mereka.
Bencana ini menjadi pengingat bahwa alam dapat menunjukkan kekuatannya kapan saja. Di saat yang sama, bencana ini juga membuktikan betapa kuatnya semangat gotong royong dan solidaritas antar sesama. Mari kita doakan agar warga Telajung diberikan kekuatan untuk bangkit dan membangun kembali kehidupan mereka.