Wagub: Bidan Garda Terdepan Membentuk Generasi Terbaik Bangsa

Banda Aceh | BN – Bidan adalah garda terdepan dalam membentuk generasi terbaik bangsa. Bidan adalah profesi yang sangat memiliki andil besar terkait dengan periode emas anak atau 1000 Hari Pertama Kehidupan, karena di periode tersebut para bidan selalu memberikan pendampingan kepada ibu maupun sang bayi.

Penegasan tersebut disampaikan oleh Wakil Gubernur Aceh, Ir Nova Iriansyah MT, kepada awak media usai membuka secara resmi Rapat Kerja Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Aceh tahun 2017, serta HUT IBI ke-66, yang di pusatkan di Gedung BKOW, Sabtu (18/11/2017).

Bacaan Lainnya

“Di periode emas ini, Bidan adalah profesi yang selalu bersentuhan langsung, baik pada masa 7 bulan dalam kandungan hingga bayi berusia 2 tahun. Pada periode ini kesehatan ibu dan nutrisi yang di terima oleh bayi haruslah diperhatikan dengan baik karena akan berefek jangka panjang. Dan, para bidan hadir untuk memastikan hal tersebut,” ujar Wagub.

Sementara itu, dalam momentum peringatan Ulang Tahun ke-66, Wagub menghimbau agar IBI semakin memperkuat komitmen untuk memperkuat IBI Aceh serta upaya peningkatan kapasitas dan perlindungan Bidan di Aceh, agar Bidan di Aceh dapat berperan lebih optimal dalam mendukung program kesehatan Aceh.

Untuk diketahui bersama, keputusan Menteri Kesehatan Nomor 369 tahun 2007 tentang Standar Profesi Bidan, menyebutkan bahwa bidan adalah seorang perempuan yang telah lulus dari pendidikan yang diakui pemerintah dan organisasi profesi, serta memiliki kompetensi, kualifikasi dan lisensi untuk menjalankan praktik kebidanan, baik di rumah sakit, klinik, dan unit-unit kesehatan lainnya.

Menurut Wagub, keputusan Menteri ini merupakan bukti adanya pengakuan bahwa Bidan merupakan tenaga profesional yang memiliki kewenangan memberikan Pelayanan kesehatan reproduksi kepada kelompok masyarakat yang membutuhkannya.

Nova menambahkan, peran aktif bidan dalam bidang pelayanan kesehatan reproduksi telah diakui sejak lama. Statistik Kesehatan tahun 2007 menunjukkan, bahwa 66 persen persalinan, 93 persen kunjungan masa kehamilan, dan 80 persen pelayanan Keluarga Berencana dilakukan oleh Bidan.

“Bidan juga berperan dalam mendorong pencapaian 53 persen prevalensi pemakaian kontrasepsi dan 58 persen pelayanan kontrasepsi suntik. Hal ini menjadi bukti bahwa eksistensi Bidan semakin memperoleh kepercayaan dari masyarakat,” ungkap Wagub.

Khusus untuk Aceh, sambung Nova, peran bidan sangat terasa karena sebarannya merata di berbagai wilayah. Hingga tahun 2014 jumlah bidan di Aceh tercatat 10.371 orang, atau jika dirasiokan sekitar 211,4  bidan per 100 ribu penduduk.

“Jumlah ini dua kali lipat dari rasio jumlah bidan nasional sebagaimana standar yang ditetapkan WHO, yaitu 100  bidan per 100 ribu penduduk,”imbuh Nova.

Wagub juga menjelaskan, bahwa angka ini mengindikasikan tingginya tingkat persaingan bidan di Aceh. Dengan persaingan itu, Wagub berharap kompetisi untuk meningkatkan kualitas kerja juga harusnya lebih ditingkatkan.

“Kualitas itu dapat dilihat dari pencapaian kita dalam menurunkan  Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Ibu (AKI) di daerah ini. Alhamdulillah, hasilnya cukup menggembirakan. Terbukti AKB di Aceh tahun 2015 tercatat 12/1000 Lahir hidup, menurun dari tahun 2014 yang berkisar 15/1000 lahir hidup.”

“Yang lebih menggembirakan, pada tahun 2017 ini AKB di Aceh sudah berada pada angka 10 per 1000 kelahiran. Angka ini sudah sesuai dengan harapan nasional. Sementara itu, berdasarkan data, AKI tahun 2014 yang mencapai 161/100.000 lahir hidup, turun menjadi 135/100.00 lahir hidup” sambung Wagub.

Meski mengalami penurunan, Wagub mengingatkan agar para bidan bersama instansi terkait lainnya untuk terus berbenah karena masih angka ini masih tinggi tinggi dibandingkan target nasional, yaitu 102/100.000 lahir hidup.

“Oleh sebab itu perlu kerja keras untuk meningkatkan pelayanan bagi ibu dan bayi agar AKI di Aceh bisa turun menjadi 130/ 100.000 lahir hidup. Untuk itu, para bidan harus dapat memperkuat diri dengan memanfaatkan keberadaan organisasi yang menaunginya,” kata Nova.

IBI Menuju Bidan Profesional Berstandar Global

Untuk diketahui bersama, Ikatan Bidan Indonesia (IBI) adalah oraganisasi tempat bernaungnya para bidan di Indonesia. Organisasi ini telah ada sejak tahun 1951. Keberadaan IBI di Aceh juga sudah eksis sejak lama dengan anggota tersebar di berbagai wilayah. Bertepatan dengan HUT IBI ke-66 tahun ini, Wagub menghimbau agar IBI terus berbuat nyata bagi anggotanya.

Wagub mengajak anggota IBI di Aceh memperkuat lembaga ini. Rakerda IBI Aceh tahun 2017 yang dimulai hari ini, diharapkan dapat menjadi momentum untuk membenahi program kerja organisasi, agar IBI mampu berbuat yang terbaik bagi anggotanya.

“Ingat, bahwa salah satu impian IBI adalah mewujudkan bidan profesional berstandar global,” ungkap Wagub. Jika visi ini dapat dicapai, Insya Allah bidan akan mampu berperan lebih optimal dalam mempersiapkan generasi berkualitas di daerah kita.

Oleh karena itu, IBI Aceh diharapkan dapat terus memperbaharuipengetahuan terkait berbagai isu kesehatan dan berbagai kebutuhan bidan di era modern ini, sehingga bidan di Aceh dapat berkiprah lebih maksimal guna membantu mewujudkan Aceh Seujahtera dan terlaksananya program JKA plus.

“Kepada pengurus IBI Aceh dan para bidan di seluruh wilayah Aceh, saya mengucapkan Selamat Ulang Tahun ke-66. Semoga bidan dapat terus berada di garda depan dalam mengawal suksesnya pembangunan kesehatan di daerah kita ini,” pungkas Wakil Gubernur Aceh. (red)

Pos terkait