110 Tahun Kebangkitan Nasional Menuju Kebangkitan Petani

JAKARTA | Bongkarnews.com – Cita-cita akhir pergerakan era sekarang adalah bagaimana kebangkitan nasional kebangsaan dengan lahirnya Budi Utomo. Budi adalah akal mulia dan berbudaya serta bermartabat. Utomo adalah keutamaan atau keteladanan. Cikal bakal peran intelektual dan pemuda terpelajar dalam perannya mengembangkan organisasi rakyat sebagai bentuk kesadaran bangsa Indonesia atas kebodohan dan keterbelakangan akibat cengkeraman penjajah.

Dampak penyadaran Budi Utomo adalah lahirnya Serikat Dagang Islam atau Sarekat Islam yang muncul kesadaran dari bangsa Hindia Belanda untuk mampu menciptakan kongsi-kongsi dagang yang mampu bersaing dengan bangsa asing Belanda dan imperialisme lain yang masuk karena politik pintu terbuka. Bahkan muncul organisasi kultural yang tumbuh menjadi struktural modern yaitu Nahdatul Ulama dan Muhammadyah. Kemudian muncul tokoh Sukarno pendiri Perserikatan Nasional Indonesia yang disingkat PNI 1927.

Bacaan Lainnya

Sampai Indonesia merdeka, Ketum PETANI Satrio Damardjati mengatakan, “Semangat kebangkitan nasional harus menjadi semangat untuk PETANI (Persaudaraan Mitra Tani Nelayan Indonesia) membangun organisasi modern sesuai cita-cita pendiri Negara dalam bentuk Sarekat PETANI yang berbasis kerakyatan dan gotong royong. PETANI yang selalu di miskinkan oleh kapitalisme dan Imperialisme gaya lama harus bangkit membangun persatuan nasional untuk mencapai kemakmuran bangsa negara, dimana PETANI adalah kekuatan absolut bangsa yang tak lekang krisis moneter”.

Pemuda asal Solo tersebut menyatakan, “PETANI sebagai soko guru ekonomi harus bangkit bahu-membahu melepaskan rantai ketertindasan dengan membangun teknologi berbasis kearifan lokal tanpa meninggalkan potensi dan tradisi PETANI. Yang akan menuju bangsa yang berbudi utomo. Perlu mengulang semangat pendidikan pertanian yang turun temurun dalam pendidikan pertanian modern. Maka perlu ditarik lagi sejarah pertanian agar terjadi sinergisitas transfer teknologi dengan bertahan pada tradisi PETANI Indonesia yang berpaham kolektif dan gotong royong”.

Pegiat tani dan nelayan ini juga menceritakan bahwa, “PETANI sangat maju saat pemerintahan kerajaan Majapahit, karena pertanian sangat diperhatikan untuk menjaga stabilitas ekonomi kerajaan Majapahit. Dibangunlah saluran irigasi sehingga PETANI bisa panen dengan hasil yang baik. Kemudian setelah itu PETANI mengalami puncak kemajuan pada zaman wali songo dimana wali songo adalah penasehat dari kerajaan Demak Bintoro. Sehingga Raden Fatah sangat memperhatikan pertanian. Bahkan ajaran Islam pun disebarkan oleh Sunan Bonang melalui pertanian. Sehingga timbul berbagai budaya yang ditinggalkan oleh Sunan Bonang tentang pertanian ini”.

Setelah zaman ini kemudian pada saat zaman penjajahan walaupun memang Nusantara ini menderita, tetapi pertanian sebenarnya sangat maju karena Belanda membangun saluran irigasi yang lebih memadai tentunya dengan tetasan darah dan nyawa dari penduduk Nusantara. (1619-1942) Adalah masa penindasan dari Pemerintah Hindia Belanda dengan sistem tanam paksa sehingga kehidupan PETANI mengalami masa terburuk selama 300 tahun lebih.

Setelah zaman kemerdekaan mulailah Presiden Soekarno membangun pertanian di Indonesia dengan mengesahkan UU Pokok Agraria tahun 1960 tetapi sampai sekarang belum bisa terealisasi. Kemudian setelah orde lama pada pemerintahan orde baru Presiden Soeharto, walaupun mulai timbul korupsi, tetapi harus di akui Indonesia berhasil mencapai swasembada pangan pada tahun 1970. Harga beras saat itu sangat murah karena hasil panen padi yang melimpah.

Pada zaman presiden Soeharto juga dikenalkan dengan pupuk kimia yang memiliki hasil yang sangat signifikan. Dibanding dengan penggunaan pupuk kandang seperti sebelumnya. Dampak akibat buruk dari pupuk kimia mulai kita rasakan sekarang yaitu tahun 2015 saat ini lahan pertanian sudah mulai mengeras, sulit ditanami dan harga pupuk yang melambung. Bahkan pemerintah sekarang sedang gencar melakukan perubahan dari pupuk kimia bersubsidi kembali ke alam yang organik.

Sejak pemerintah Hindia dengan mengirimkan para antropologi dan botani membangun sekolah penyuluh pertanian. Bukan sekolah PETANI yang juga kurikulumnya masih digunakan di masa orde lama Orde Baru dan reformasi. Namun sekolah penyuluh pertanian bahkan universitas-universitas yang membangun fakultas-fakultas pertanian semakin surut karena banyak sarjana pertanian yang menggantikan fungsi penyuluh pertanian dan lahirlah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Pertanian yang nafas dan semangat Penyuluh Pertanian. Namun ada beberapa ketidak-sinambungan di zaman kemerdekaan sampai sekarang karena tidak dilengkapi dengan pendidikan antropologi dan tidak dikembangkan ilmu antropologi di Indonesia”, ucap Pimpinan PETANI tersebut.

“Banyak yang harus dipertimbangkan bagi penggerak PETANI di Indonesia untuk membangun sinergisitas. Karena metode Barat tidak bisa langsung ditanamkan dalam lingkungan pertanian tradisional. Justru Para Ahli dan Sarjana Pertanian banyak di sektor Pemerintahan dan Perbankan. Revolusi Pendidikan penting dilakukan agar terjadi keterlaluan dalam struktur pemikiran para PETANI menghadapi persaingan global”, ujar Satrio.

(Red: Bidang Propaganda dan Jaringan Petani)

Pos terkait