Sistem Layanan Medis di Puskesmas Samalanga Abaikan Hak Pasien

Keluarga pasien asal Desa Matang Wakeueh Samalanga tidak henti-hentinya menggerakkan tangan mengipas keluarganya yang sedang dirawat diruang instalasi gawat darurat Puskesmas Samalanga, Senin 1 Mai 2017. Tak ada persedian kipas angin penghangat udara diruangan tersebut membuat para pasien bertambah merana melewati masa-masa tragis.

BIREUEN | BN – Petugas Medis Puskesmas Kecamatan Samalanga Kabupaten Bireuen dinilai tidak mengindahkan hak-hak pasien yang sedang mengharapkan pelayanan kesehatan di puskesmas tersebut.

Padahal terlepas ada 6 item kewajiban bagi Pasien,  salah satu dari 14 item haknya, sesuai dengan yang tercantum dalam Aturan Kementrian Kesehatan adalah Berhak mendapatkan lingkungan yang sehat bagi pencapaian derajat kesehatan. Namun hal ini jelas sangat keberatan untuk diindahkan oleh oknum penanggunggungjawab dan petugas medis di Puskesmas Samalanga Kabupaten Bireuen, Aceh.

Bacaan Lainnya

Program pemerintahan Jokowi memproritaskan pelayanan masyarakat bidang kesehatan dan pendidikan, nampak nya perlu sosialisasasi lebih mendalam terhadap aparat-aparat yang ditempatkan pada bidang tersebut sampai ketingkat paling ujung yaitu kecamatan yang berhadapan langsung dengan masyarakat yang perlu dilayani.

Jika hal ini tidak diterapkan maka setangguh apapun program yang dicetuskan pusat, tak akan mengena sampai ke masyarakat tujuan karena pelaksana ditingkat bawah yang menjalankan amanah secara ecek-ecek tanpa ada pengawasan rutin karena jauh dari kasat mata pejabat pemerintahan kabupaten.

Sistem pelayanan yang diterapkan di Puskesmas Kecamatan Samalanga Kabupaten Bireuen, Aceh dinilai adalah lembaga medis pemerintah pertama yang pantas diawasi berkaitan dengan sitem pelayanan dan tingkah petugas medis keseharian dalam memberikan pelayan positif terhadap masyarakat setempat.

Meskipun sebelumnya pada masa Samalanga masih bernaung dibawah Kabupaten Aceh Utara Puskesmas Samalanga sudah mendapat julukan puskesmas prioritas Swadana karena didukung dengan ramainya jumlah pasien santri dayah yang mesti dilayani, namun sistem pelayanan yang diberlakukan petugas medis setempat sungguh perlu ditinjau ulang oleh pengmbil kebijakan daerah, propinsi sekalian pusat.

Sebelumnya bertumpuk sudah berbagai pembicaraan miring yang mengarah kepada sistem layanan yang disajikan petugas medis di puskesmas kecamatan ujung Kabupaten Bireuen ini, sampai-sampai tidak jarang juga keluarga pasien yang bertindak anarkis dalam mengharap kebijakan layak terhadap keluarganya yang sedang butuh penangan.

Suasana tersebut didukung dengan apa yang menimpa wartawan media ini ketika meminta rawatan pemasangan oksigen (O2) untuk membantu derita sesak nafas yang kambuh dibagian Gawat Darurat (emergency),saat berada dikampung halamannya Senin (1 Mai 2017).

Setelah sekitar satu jam berada diruangan emergency sungguh suhu ruangan sangat tidak mendukung bagi seorang pasien yang sedang sakit. Keadaan itu sangat mengecewakan ketika dipertanyakan kepada seorang perawat jaga apakah tidak ada persediaan kipas angin diruangan tersebut.

Perawat yang konon berstatus honor itu menjawab ala ilmu medis bahwa diruangan emergency tidak disediakan kipas, kalau memang tidak tahan panas silahkan bukakkan jendela diruang tersebut. “Ini kan ruang gawat darurat, jadi kalau dipasang kipas angin ntar bakterinya terbang kemana-mana,” demikian jelasnya sok genius.

Tanpa pikir panjang akhirnya, wartawan BongkarNews dalam kapasitas pasien Askes mengambil kesimpulan menyudahi perawatan dan keluar dari puskesmas tersebut setelah sekitar satu jam mendapat penangan sinis.

Sementara satu lagi pasien sesak nafas wanita asal desa Matang Wakeueh Samalanga beruapaya bertahan diruangan yang sama dengan didampingi keluarga yang senantiasa mengerakkan tangannya mengipas – ngipas pasien karena kepanasan.

Selain tak adanya kipas yang sedikitnya melegakan pasien dalam melewati masa darurat, sarana lainnya seperti toilet diriangan tersebut sungguh jauh untuk mendukung kesehatan. Betapa Tidak, ketika wartawan media ini  hendak ketoilet buang air kecil, Ternyata terlihat kondisi  jamban toilet ruang sebelah kanan  sudah meluap dengan hajatan manusia, dan sungguh jorok serta pemandangan yang  tidak sesuai terlihat disebuah tempat pengobatan makhluk manusia.

Apalagi jika dikaitkan dengan fokus pemerintah dalam hal kesehatan bagi masyarakat, yang semestinya tidaklah seperti yang disuguhkan oleh petugas medis di Puskesmas kecamatan “Kota Santri” tersebut, Bongkar News Selasa 2 Mai 2017, berusaha menemiu dan mengklarifikasi kepala Puskesmas Samalanga.

Sebelum berkesempatan bertemu orang nomor satu, seorang PNS senior Edy Tanjongan yang juga seorang pengusaha depot obat jalan utama Kota Samalanga berusaha menggiring wartawan media ini kebagian ruang instalasi gawat darurat dan memperlihatkan kalau diruangan tersebut sudah tersedia kipas angin baru ukuran sedang yang masih ditempatkan pada salah satu meja kerja perawat.

“Jadi Kipas Anginnya sudah tersedia jangan dipemasalahkan lagi,” demikian pinta Edy yang konon juga tercatat salah seorang petugas medis “asoe lhouk” dan punya pengaruh pergaulan  di kecamatan tersebut.

Menanggapi klarifikasi Bongkar News, Kepala Puskesmas Kecamatan Samalanga Abdul Hadi SKM di Aula Pertemuan Puskesmas Samalanga Selasa 2 Mai 2017 menguraikan, pihaknya senantiasa melakukan musyawarah antar pegawai terutama terhadap petugas pelayanan untuk menjunjung tinggi sistem pelayanan terhadap pasien.

“Namun terhadap anak-nak honor itu terlalu sering menggunakan tingkah dan perangai pribadi kesehariannya  dalam hal memberi pelayanan media,” aku Abdul Hadi, seraya menambahkan akan berupaya merehab kembali kecolongan-kecolongan yang ada.

Sementara terkait dengan persediaan sarana prasarana yang dinilai sejumlah keluarga pasien belum memadai menurut Abdul Hadi, soal toilet yang tersedia diruang gawat darurat ada dua bilik. “Kalaupun yang sebelahnya sumbat yang disampingnya pasti bagus,” urainya enteng tanpa beban.

Sedangkan menyangkut kipas angin pendukung stabilitas suhu terhadap pasien diruang tanggap darurat sesungguhnya betul juga kalau diruang emergency itu tidak boleh dipasang kipas angin agar bakteri bawaan angin tidak merambah ke pasien-pasien tetangga.

Namun keterangan Abdul Hadi sepertinya bertolak belakang dengan apa yang tersedia di berbagai puskesmas lainnya, tak terkecuali yang terlihat terpasang di ruang instalasi gawat darurat baru RSUD dr Fauziah Kabupaten Bireuen.

Rasa tanggungjawab pejabat medis pengambil kebijakan di puskesmas Samalanga nampaknya patut dipantau dan ditinjau kembali oknumnya, oleh pihak Dinas Kesehatan Kabupaten sekaligus Propinsi Aceh, demi apa yang dicetuskan oleh pemerintah pusat terhadap layanan kesehatan terbaik bagi masyarakat awam umumnya tercapai secara global.

Kadis Kesehatan Bireuen dr. Amir Addani, M. Kes melalui Kabid Yankes Aprillina SST yang ingin diminta klarifikasi lanjutannya terkait jawaban kepala Puskesmas Samalanga Amdul Hadi SKM dihari yang sama dikabarkan sedang keluar daerah suatu urusan.

Namun seorang pegawai dinas mencoba member gembaran ketika disebutkan maksud dan tujuan BongkarNews menyambangi Bu April dengan mengatakan, seyogianya pihak Puskesmas mengambil sikap sendiri urusan pengadaan kebutuhan pasien setingkat kipas angin.

“Tanpa menunggu flot anggaran pengadaan dari dinas kabupaten,  padahal mereka bisa menggunakan anggaran dari dana JKN untuk beli barang-barang sekecil itu,” demikian secuil gambaran seorang pegawai dinas Kesehatan Bireuen terhadap pihak Puskesmas Samalanga. (Roesmady)

Pos terkait