Bondowoso, BN-
Pasca ditunjuk sebagai sentra pengembangan kopi Arabica rakyat di Indonesia, Pemerintah Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur, optimalkan diversifikasi produk kopi Arabica.
“Inovasi harus terus kita lakukan oleh karenanya, produk kita tidak hanya berhenti di HS basah (hasil dari proses pengupasan kulit buah menjadi biji yang masih memiliki kulit tanduk) atau OC (berasan kering), tapi mungkin perlu ada diversifikasi produk yang nanti nilai tambahnya itu bisa dinikmati oleh pengelola kopi rakyat,” kata Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Bondowoso, Moh. Ervan saat dikonfirmasi BONGKAR NEWS di kantornya, Senin (8/8/2016).
Menurut Ervan, Diversifikasi produk sudah dirintis sejak tahun lalu, seperti berasan kopi siap sangrai tanpa kulit tanduk (green bean), kopi sangrai dan kopi bubuk. Bahkan sudah ada beberapa negara di Eropa dan Asia yang memesan kopi siap sangrai dan kopi bubuk.
“Tahun lalu Brunai Darussalam dan Korea Selatan sudah memesan kopi siap sangrai, kalau Jepang juga sudah memesan dalam bentuk sangrai tapi belum terealisasi,” terangnya.
Diversifikasi produk mampu memberikan nilai tambah bagi pengelola kopi rakyat, karena proses hulu sampai hilir berproses di Bondowoso. Jika HS basah dijual dengan harga Rp. 22.000 perkilogram, OC kering Rp. 60.000 perkilogram, kopi siap sangrai atau grean bean bisa mencapai Rp.100.000 perkilogram. Sedangkan kopi sangrai bisa dijual seharga Rp. 150.000 perkilogram dan kopi bubuk mencapai Rp. 400.000 perkilogram.
“Untuk sangrai dan bubuk masih sebatas dalam negeri yang memesan,” ujarnya.
Ervan menambahkan, dari 40 kelompok tani hanya 14 kelompok yang memproduk sampai hilir yakni sampai bubuk atau setidaknya sangrai, selebihnya HS basah dan OC.
“Kita akan terus dorong pengelola kopi untuk memproduk sampai hilir, tentunya akan kita upayakan dengan menyediakan pasar bagi mereka,” pungkasnya. (TK)